Rabu, 08 Agustus 2012

*** BLUE *** (Chapter VI)


*** FLASHBACK***

“Toast!!”
Pesta itu digelar di Monkey Tree Bar yg ada di sebelah Live House. Interior bar yg dibuat seperti tahun 50-an dengan kesan pop tampak unik. Pemilik bar yg masih muda dengan santai berkata, “Be posi. Belakangan ini makin tenar, ya!”
Anggota band Be Positive memang sering dating ke tempat ini. Sedangkan aku baru pertama kali masuk ke tempat seperti ini dan masih belum percaya kalau bisa dating ke sini bersama orang-orang yg membuaiku dari atas panggung tadi. Otomatis aku jadi terbengong-bengong.

***
“Toast untuk Bella penggemar kami,” ujar si pemain drum sambil menempelkan gelas minumannya yg berisi bir ke gelas ku yg berisi smoothies.
“Oh, terima kasih.”mendengar ucapan terima kasihku itu, dia kembali tertawa lalu memperkenalkan anggota band lainnya.
“Aku pemimpin band ini yg memainkan drum. Namaku Brian McFadden. Panggil saja kak Bri. Lengkapnya Brian Nicholas McFadden. 21 tahun. Kuliah tingkat 3. Senang berkenalan denganmu.”
Tinggi badan Kak Brian lebih 180 senti. Bertubuh tegap dan berambut cepak dengan kacamata hitam lensa bulat. Sekilas dia seperti pekerja bangunan daripada pemain band (haih.. siap-siap dibunuh istri2nya Brian nih xD). Ayahnya memang pemilik perusahaan konstruksi. Meskipun begitu Kak Brian lembut tidak kasar seperti pekerja bangunan umumnya. Pantas saja dia jadi pemimpin karena bisa diandalkan.
“Aku Kian Egan, pemain gitar. Kuliah tingkat 1 di Dublin University yg urutan tiga besar di negeri ini. Panggil aku Kian, ya!”
Orang ini yg tadi tertawa duluan. Rambutnya pirang dan jabrik seperti rambut kucing (upssss, digorok indah sama ghita nihhhh, heheheheh piss xD). Dia memakai Tshirt longgar dan celana jins panjang. Saat tertawa matanya langsung menyipit sampai tertutup.
“Nicholas Byrne. Tingkat dua universitas kedokteran. Aku senior kalian,” ujar si pemain bass.
Kak Nicky sejak SD sekolah di Summerhill, sama seperti Mark. Ayahnya seorang dokter. Pakaian yg dikenakannya bermerk, tapi dia tidak sombong. Seleranya bagus dan tampangnya cakep mirip seorang model. Mereka bertiga bersama Mark membentuk grup bannd rock amatiran dengan nama Be Positive. Latar belakang mereka berempat yg berbeda itu tidak jadi  penghalang untuk saling bekerja sama dengan kompak di atas panggung. Cita-cita mereka adalah menjadi pemain band professional. Nama Be Postive adalah pertanda keoptimisan mereka untuk jadi pemain band professional. Pendeknya mereka terus percaya, bahwa kelak pasti akan jadi pemain band professional. Waktu menceritakan semua itu, sinar mata Kak Bri yg berusia lebih tua dariku berbinar-binar seperti anak kecil.
Hingga kini aku belum pernah bertemu cowok yg menceritakan impian seperti mereka. Pengalaman hari ini sangat baru, segar, dan menyenangkan. Di antara mereka yg asyik mengobrol ini, aku yg paling bahagia. Dan Mark tetap saja diam sambil minum bir beralkohol ringan karena usianya paling muda. Jangan-jangan dia kesal dengan kehadiranku di sini. Aku mengkhawatirkan Mark dan terus menatapnya. Pemain gitar si Kian menyadari tingkahku ini.
“Sudah jangan risaukan dia. Dia memang begitu, yak an Mark?” godanya sambil menatap Mark.
“Jangan berisik. Dasar Kian.”
“Mark jangan malu-malu,dong!” godanya sambil mengelus kepalanya. Dia agak tersedak saat meminum birnya. Yang lainnya memperhatikan Mark dengan senyum-senyum. Di antara mereka, Marklak yg paling muda. Pasti dia dianggap adik oleh mereka. Tingkah Mark yg malu digoda dan diperlakukan seperti anak kecil oleh mereka bertiga membuatku bengong karena sikapnya itu sangat jauh berbeda dengan di sekolah. Saat itu terlihat jelas Mark yg kesepian dan kurang mendapat perhatian. Mark meskipun marah dan membalas perlakuan mereka bertiga, tetap terlihat tenang dan santai. Aku bahagia karena dia tetap sebagai cowok usia 15 tahun.

Tapi kehadiranku yg orang luar di antara mereka ini pasti membuat kesal Mark. Ketika mata kami tanpa sengaja bertemu, Mark langsung membuang muka. Kehadiranku pasti sangat mengganggu.
“Aku mau pulang,” ujarku lalu berdiri. Kak Brian menatapku dan Mark bergantian.
“Jangn buru-buru.”
“Tapi…”
Mark seperti biasa tidak menoleh.
“Kalau tidak cepat pulang, seisi rumah pasti panic.” Setelah berkata begitu aku melihat jam tangan.
Hah! Sudah jam 20.45. aku sampai lupa waktu dan kalau tidak cepat pulang bisa gawat. Tadi aku janji ke Mama pulang jam 21.00.
“Ini uang untuk bayar smoothies.”
“Sudah tidak usah. Kami yang mengajak kamu dating.”
“Tapi…”
Aku tidak mau. Kutaruh uang diatas meja lalu beranjak pergi.
“Hari ini sangat menyenangkan. Selamat malam.”
“Eh, Bella.”
“Mark, cepat katakan sesuatu!” desak Nicky ke Mark. Tapi tetap saja Mark diam.
“Lho? Sudah mau pulang?” Tanya pemilik bar dari dalam konter.
“Iya. Terima kasih banyak,” ujarku sambil menundukkan kepala lalu keluar bar.

Kota Sligo jam 21.00 masih ramai seperti siang hari.
Di antara kerumunan mahasiswa dan orang kantoran, aku berjalan tergesa-gesa melintasi jalan taman menuju stasiun. Setiap kali mengingat sikap Mark yg dingin tadi hatiku jadi sedih. Meskipun begitu aku bangga akhirnya aku bisa memanggil namanya. Bella mulai maju selangkah. Dengan tak disangka-sangka aku berkenalan dengan anggota band Mark. Kak Bri si pemain drum, Kian yg cool dan Nicky yg sepertinya agak playboy. Mereka semua menyenangkan dan keren. Beruntunglah Mark dikelilingi kumpulan orang seperti itu. Hatiku jadi lega dan tenang.
“Eh, kamu mau kemana?”
“Eh?”
Aku segera berhenti dan bebalik begitu mendengar suara cowok memanggilku.
“Ada apa?”
“Kamu kesepian, kan? Tidak baik main seorang diri malam-malam begini.”
“Apa?”
“Kamu sedang tidak ada kencan dengan pacar kan? Lagi patah hati, ya?”
“Tidak.”
Cowok itu sepertinya mabuk. Ketika dia berjalan mendekat dari mulutnya tercium jelas bau minuman dengan kadar alcohol yg cukup besar.
“Aku hari ini mau merayakan pesta bersama teman kuliah. Tadi aku minum di sana tapi tidak ada cewek jadi tidak enak. Mau tidak menemaniku?”
“A…apa?”
Cowok ini pasti punya niat jahat.
“Tidak, terima kasih. Aku punya batasan jam malam.”
“Jam malam? Ah, tenang saja kamu dalam lindunganku. Ayo, kakak mau ajak kamu ke suatu tempat yg menyenangkan. Tuh, di blok enam dari sini. Kita naik taksi saja supaya cepat sampai.”

Biasanya cewek baik-baik begitu mengetahui hal itu pasti langsung kabur. Tapi aku malah bengong tidak tahu harus berbuat apa. Pejalan kaki lainnya yg terbiasa dengan kehidupan malam seperti ini terus berjalan dengan cuek. Ketika lenganku dengan paksa ditariknya serta-merta aku berteriak.
“Lepaskan! Tidak mau!”
“Sudahlah. Ayo, jalan.”
“Tidak! Aku tidak mau.”
“Sakit!” Mendadak anak kuliah itu melepas cengkramannya.
Tubuhnya terjorok ke depan karena pantatnya ditendang seseorang dari belakang. Aku segera menoleh ke belakang untuk melihat siapa yg menendangnya. Mataku langsung terbelalak lebar. Mark?
Mark berdiri dengan memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana jinsnya.
“Mark?”
Saat aku bengong menatap dia, cowok itu bangkit berdiri dan menuju ke arah Mark.
“Mau apa kamu!?”
Mark diam dan terus menatapnya dingin.
“Kamu yg menendangku, kan?”
“Ya,” jawabnya lalu berjalan selangkah demi selangkah kea rah cowok itu. Aku langsung panic dan berteriak karena Mark terlalu berani.
“Dasar brengsek!”
Tingkah Mark membuat cowok itu marah besar. Dengan kasar kerah baju Mark direnggutnya.
“Ah! Mark!” pekikku lalu tanpa sadar aku berjalan ke arah Mark dan di luar dugaan…
“Mau apa kamu!?” seruku sambil memukulkan tas ransel ke kepala cowok itu.
“Sakit!”
Jeritan itu membuatku sadar dan bengong.
Tidak mungkin.
Mark menatapku sekilas lalu kembali menendang lutut cowok itu.
“@#!$%&*”
Cowok itu sampai kehilangan suara karena kesakitan.
“Sini!”
“Eh?”
Mark menggenggam tanganku dan mengajak lari.
“Woi, brengsek! Tunggu!” teriak cowok itu ketika berhasil berdiri lagi.
Teriakan keras cowok itu tidak terdengar sedikitpun di telingaku…
***TO BE CONTINUED***

Kira-kira Mark sama Bella ketangkep gak yha sama cowok pemabuk itu..
Stayed tune yha…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar