*** FLASHBACK ****
“ Be Posi belakangan ini makin keren ! Pelangganku yang datang kesini kebanyakan fans kalian!” seru Shane sang pemilik bar dari balik konter.
Setahun yang lalu grup band Be Positive masih merangkak, tapi sekarang namanya sudah mulai menggeliat di kelas amatiran. Semua itu berkat perpaduan vocal Mark yang diiringi dengan manis oleh permainan music Bri dan teman-temannya. Aku jadi bangga.
“Ngomong-ngomong…”
Brian meletakkan gelas beer. Sebagai pemimpin band sepertinya ada yang mau dikatakannya.
****
“Belakangan ini fans Be Positive meningkat dan kemampuan main kita juga mengalami yang sama.”
“Aku tahu itu. Sebenarnya kamu itu mau bicaara apa?” Tanya Nicky.
Seperti biasa Bri langsung melotot dan berkata, “Diam! Dengar dengan baik!”
“Oke, pemimpin.”
“Menurutku sudah waktunya bagi kita untuk naik satu tingkat lagi.”
“Satu tinngkat?”
“Iya.”
Bola mata Bri yang ada di dalam sun glass berbinar.
“Dua bulan yang lalu perusahaan rekaman CSC mengadakan Indizu kontes.’
“Perusahaan rekaman CSC itu pengorbit penyanyi amatiran, kan?”
“Iya. Piringan yang dijual CSC banyak di pakai di Live House. Karena itu aku ingin kita ikut kontes yang mulai tahun ini dengan berkumpul di studio Indizu band.”
“Apa?”
“Kalau menang, kita akan diorbitkan CSC hingga bisa membuat debut professional.”
“Debut professional?” seru yang lain serempak.
“Begitulah.”
Bri menatap ke semua anggota, lalu tersenyum.
“Hebat.”
“Tantangan besar.”
Mark, Kian, dan Nicky saling bertatapan dengan mata berbinar. Aku bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka.
“Langkah pertama, lewat seleksi lewat rekaman kaset. Perlombaannya akhir bulan Juni atau awal Juli dan kalau kita menang di sana….”
“Debut professional!!” pekik Mark.
Debut professional bagi mereka adalah impian. Karena itu mereka menamai grup band mereka dengan nama BE POSITIVE. Mereka percaya akan menjadi professional. Sekarang ada kesempatan besar di hadapan mata untuk mewujudkan impian itu. Impian sepertinya bukan hanya sekedar impian lagi.
“Sebenarnya, diam-diam aku sudah mengirimkan rekaman kaset ke dewan juri dan sekarang pasti sedang dinilai.’
“Apa!?”
Bri mengedipkan sebelah matanya.
“Benar-benar pemimpin!”
“Semoga tahun ini kita sukses!”
Bri benar-benar berjiwa pemimpin.
Setalah rebut-ribut mereda, Bri menatap wajah anggotanya satu persatu.
“Mau ikut?”
“Mau!!” jawab yang lain penuh semangat.
Sinar mata mereka mengatakan bahawa tidak gentar menghadapi petualangan besar yang ada di depan mata.
Keesokkan harinya, anggota band Be Posi langsung sibuk. Kapasitas latihan ditambah tiga kali dari biasanya. Mereka juga kerja sambilan untuk mencari uang tambahan. Sejak berpacaran dengan Mark, aku baru tahu kalau grup band itu ternyata memerlukan banyak biaya. Yang pasti biaya sewa studio untuk latihan dan sewa peralatan. Semua anggota Be Positive sibuk bekerja demi mendapatkan uang.
Bri sebagai anak pengusaha konstruksi memilih kerja sambilan di proyek perbaikan jalan.
Kian bekerja sambilan sebagai pegawai di tokodi Seven Eleven.
Nicky sebagai guru privat dan Mark sebagai pelayan di MONKEY TREE BAR. Padahal Mark orang yang paling susah berinteraksi dengan orang lain, kan? Dan di MONKEY TREE BAR kebanyakan pengunjungnya fans Be Posi, pasti nanti kewalahan.
“Mark, ada?”
Sepulang sekolah dengan seplastik belanjaan, aku mampir ke kamar Mark. Pintunya tidak terkunci. Padahal sudah berkali-kali kuperingatkan untuk mengunci pintu dengan benar, tetap saja dia teledor.
Kamar Markyang berukuran 18 meter itu berantakan. Di atas lantai berserakan lirik lagu. Dia sendiri sedang asyik membuat lagu dengan YAMAHA NEW DX 711. Anggota Be Posi lainnya juga membuat lagu, biasanya semua lagu dikumpulkan lalu akan dipilih yang bagus-bagus saja.
“Berhasil!!”jerit Mark riang, seperti baru selesai mengerjakan PR liburan musim panas.
“Mark.’
Dia segera berbalik dan terseenyum.
“Bella.”
“Tidak mungkin?” aku menarik napas dalam-dalam. “Kemarin dan hari ini kamu bolos sekolah, makanya aku khawatir dan kesini. Waktu aku dating pun kamu tidak tahu.”
Karena sibuk latihan dan kerja sampingan Mark jadi sering bolos sekolah.
“Maaf, aku sedang bikin lagu, sampai tidak sadar kamu dating. Tapi sekarang sudah selesai>”
“Dari kemarin?”
Aku mengernyitkan alis.
“Mark, jangan-jangan…”
Mark segera membuang muka begitu kupelototi.
“Dari kemarinkamu tidak istirahat, kan?”
“Em…”
Dari wajahnya sudah tertebak.
“Terus?”
“Aku lupa,’ jawabnya sambil garuk-garuk kepala.
“Dasar kamu!”
Aku segera mengeluarkan barang yang kubeli dari supermarket dan kutaruh di atas meja dapur, lalu kupakai celemek milikku sendiri.
“Sudah kuduga. Hari ini kerja jam berapa?”
“Dari jam 7.”
Sekarang sudah jam 5 lebih.
“Kalau begitu akan ku masak yang mudah-mudah saja.”
Dengan cepat aku segera memasak. Kuambil telur dari dalam kulkas lalu kucampur dengan sayuran, kemudian dari dalam plastic belanjaan kuambil roti dan daun selada lalu kupotong-potong.
“Bella, sudak tidak ada waktu, nih.”
“Tidak mau! Kamu dari kemarin tidak makan, kan? Makanlah sedikit!”
Mark dengan bengong melihat aku sibuk didapur.
Mark, jangan pandangi aku sepertti itu, kataku dalam hati sambil memasukan potongan daun selada ke mangkok.
Dasar Mark, maniak music. Begitu sibuk membuat lagu langsung lupa segalanya. Kalau dia sampai lebih kurus dari ini gawat!.
Tinggi Mark 175 cm dan berat 53 kilo. Aku tinggi 158 cm dan berat 45 kilo. Tinggi kami beda 20 cm. menyedihkan kan ??
**** TO BE CONTINUE….****
Yang masih penasaran tunggu kelanjutannya di chap selanjutnya yha….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar