*** FLASHBACK ***
“Akhirnya Bella akan jadi manajer Mark!“
“Tidak Bri!“
Bri pemimpin band dan Kak Nicky, pemain bass tersenyum penuh arti.
Mark dengan tenang minum sport drink tanpa peduli wajahku yang memerah karena kesal.
“Mark, katakan sesuatu!“
“Aku tidak ikutan.“
“Mark!“
****
Dengan tenang, Mark kembalu minum dan kekesalanku semakn besar. Walaupun begitu kejadian hari ini bagiku masih seperti mimpi. Kekesalan yang kurasa dengan cepat hilang dan berganti bahagia.
Mark yang selalu kurindu dan hanya mampu kulihat dari jauh sekarang berada dekay di mata. Setahun yang lalu aku tidak pernah memimpikan hal seperti ini terjadi. Iya, sekarang tepat setahun berlalu.
Di Live House ini aku pertama kali melihat penampilan Mark dan ngobrol dengannya. Berkat hari itu, aku jadi selalu mengikuti pertunjukan Be Positive. Di sekolah pun aku bisa ngobrol akrab dengannya dan aku pun sering diajak ikut serta dalam latihan. Hingga kini anggota yang lain mengakui aku sebagai pacar Mark. Bri pernah bercerita kalau Mark sejak pertama kali bertemu aku di Live House terus mengingat wajahku.
Pertama kali itu saat musim gugur kelas 3 SMP satu setengah tahun yang lalu. Ternyata saat itu Mark sadar telah diperhatikan terus olehku.
“Habis, tiba-tiba ada cewek yang terus melototin aku sampai perasaanku tidak enak. . .“ ujar Mark.
Sejak itu aku meninggalkan kesan yang dalam di hati Mark dan tanpa sengaja kami sekelas di SMU yang sama.
“Untung kamu ngomong waktu di Fun House, kalau tidak aku akan mengira kamu manusia aneh yang selalu memelototiku.“
Mark pasti tidak bermaksud mengatakan kesanku di matanya itu dulu buruk sekali.
“Mark itu tidak pernah tertarik cewek, tiba-tiba dia cerita di kelasnya ada makhluk aneh yang suka melototin dia. Saat itu kami kaget, apalagi ketika kami tahu kalau yang dia ceritakan itu cewek, benar-benar mengejutkan.“
Bri waktu pertama kali bertemu aku setelah pertunjukan selesai, langsung sadar kalau cewek yang Mark bicarakan itu adalah aku. Karena itu Bri langsung memaksaku ikut pesta. Meskipun begitu, Bri dan yang lain tidak pernah berniat untuk menjodohkab aku dan Mark.
Bri diam-diam juga mengatakan kalau Mark yang sejak SMP bergabung sudah dianggap adik oleh mereka. Karena itu mereka sangat khawatir waktu melihat kenyataan teman Mark selain mereka tidak ada.
“Mark dididik terlalu keras oleh ayahnya yang selalu menentangnya. Makanya itu dengan usahanya sendiri, dia akan tumbuh dewasa dan menemukan dunianys sendiri. Makanya dia tidak mau terlalu akrab dengan siapapun. Pencaran jati diri memang terkadang menyebalkan.“
Aku setuju dengan ucapan Kak Bri. Mark sering mendengarkan walkman sendirian di atas atap sekolah dan mengacuhkan guru yang sedang menerangkan. Kerjanya setiap hari hanya menyendiri dan persis anak hilang.
“Kami tahu soal Bella dari dia. Waktu bertemu kamu, kami segera tahu kalau kamu pasti bisa memahami Mark.“
Hatiku menjerit bahagia waktu mendengar itu. Tidak kusangka, ternyata Bri dan yang lainnya memberi penilaian yang sangat baik padaku. Mereka sangat memikirkan masa depan Mark.
Aku juga perlahan-lahan akan berusaha untuk membantu Mark sebisa mungkin. Sejak saat itu Bella yang lemah dan pemalu akhirnya jadi kuat.
“Toast! Untuk kesuksesan hari ini!“
“Toast! Supaya Be Positive terus maju!“
Bunyi dentingan gelas beradu, menyejukkan hati.
“Lezat.“
Sehabis pertunjukan, minum smoothies memang menyenangkan.
“Be Posi belakangan ini makin keren! Pelangganku yang datang ke sini kebanyakan fans kalian!“ Seru Shane sang pemilik bar dari balik konter.
Setahun yang lalu grup band Be Positive masih merangkak, tapi sekarang namanya sudah menggeliat di kelas amatiran. Semua itu berkat perpaduan vokal Mark yang diiringi dengan manis oleh Bri dan teman-temannya. Aku jadi bangga.
“Ngomong-ngomong . . .“
Bri meletakkan gelas beer. Sebagai pemimpin band sepertinya ada yang mau dikatannya.
*** TO BE CONTINUED. . . ***
Kira-kira apa ya yang mau disampaikan Brian.
Tunggu lanjutannya di chapter 9 yaaaa..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar