**Flashback**
Saat wali kelas mulai memberi pengarahan, tiba-tiba pintu kelas dibuka lebar dan aliran darahku langsung berhenti ketika melihat sosok yg muncul dan berdiru di pintu.
***
Blue! Dengan memakai blaze SMU Summerhill seragam kami, Mark-si blue yg terus kucari sejak musim gugur tahun lalu.
"Kamu,siapa?" tanya wali kelas dengan geram.
"Mark Feehily," jawabnya polos.
"Feehily yg nomor urut 13? Kenapa baru datang sekarang setelah upacara penerimaan murid baru selesai?" hardik wali kelas.
"Kesiangan."
"kamu..."
Dengan santai dia berjalan ke bangku yg kosong lalu duduk tanpa memedulikan wali kelas yg wajahnya mulai memerah menahan marah.
Hampir seluruj kelas memperhatikan tingkah Mark dan wali kelas dengan antusias.
Lalu mereka tertawa.
Mark cuek saja dan dengan tenang menatap langit di luar jendela.
Tatapanku terus mengarah kepadanya seperti saat di Live House dan dalam hati aku berterima kasih kepada Tuhan untuk mukjizat ini.
Mark adalah anak yg tidak bisa diatur. Suka bolos,sering melamun dan menatap keluar jendela saat pelajaran di kelas. Dia pun sering kena tegur guru karena seragamnya berantakan. Walaupun begitu Mark cuek saja.
Guru BP pun samapai bosan menasehatinya.
Sepertinya beliau putus asa mengurusi Mark yg ugal-ugalan. Tapi untunglah,Mark tidak pernah sampai memalukan nama sekolah.
Ada banyak rumor tentang Mark. Orangtuanya sangat berada tapi keras dalam mendidiknya,sehingga Mark sering kabur dari rumah.
Tahun lalu, ayahnya diangkat sebagai kepala cabang di kantor perwakilan New York.
Makanya di Irlandia ini Mark tinggal sendirian di apartemen.
Biasanya yg menggoda Mark hanyalah murid cewek yg baru pindah ke sekolah ini.
"Mark,cakep!"
"Lain kali boleh ya nonton kamu latihan band?"
Mark tidak pernah berkomentar apa pun jika di goda cewek-cewek. Sikapnya itu membuat mereka semakin semangat menggoda.
"Mark,dingin."
"Ada apa?"
Sampai sekarang aku belum tertarik untuk menggodanya. Dari kejauhan aku terus memperhatikannya, melihat poninya yg berterbangan ditiup angin saat mengantuk seorang diri di kursi paling belakang dekat jendela. Wajahnya yg acuh tidak menghiraukan teguran guru dan teman-temannya.
Semua itu dengan jelas kuperhatikan. Mark pujaan hatiku adalah pribadi yg beda dengan Isabella Fernandez yg polos dan lugu ini dan sepertinya dia tampak lebih menyenangkan dibanding cowok yg lain.
Anak seperti aku ini memang menyenangkan bagi yg suka mengatur. Itu sebabnya aku ingin seperti Mark yg berprinsip dan jadi diri sendiri. Meskipun di mata orang lain Mark terlihat seperti anak kurang ajar dan tidak sopan.
"Tidak bisa diajak kerja sama." Mungkin kalimat itulah yg cocok untuknya. Tapi bagiku orang seperti Mark itu hebat. Aku ingin seperti dia. Tapi aku selalu membiarkan setiap hari berlalu tanpa pernah berusaha menegurnya. Hingga suatu hari.
"Oh ya, Bella,ini." Saat sedang makan siang, Hana yg sepertinya lupa sesuatu segera menyodorkan selembar kertas.
"Apa ini?"
Selembar kertas itu bukan kertas biasa melainkan seperti sebuah tiket bercap Live Spot Fun House.
"Hana,ini apa?"
"Di sana akan ada konser band Be Positive."
"Be Positive?"
Hana mengedipkan sebelah mata dengan nakal."Itu bandnya Mark Feehily."
"Apa!?" pekikku keras samapai anak-anak lain yg juga sedang makan menengok.
"Aku tahu itu dari temanku yg juga anak band. Tiket ini dikasih."
"Tapi untuk apa?" tanyaku sambil menggenggam erat tiket itu.
Padahal aku belum pernah menceritakan perasaanku ke siapapun termasuk ke Hana. Tapi kenapa Hana bisa membaca isi hati ini.
"Bellaaaaa. Aku sudah lama tahu tentang cintamu yg bertepuk sebelah tangan itu. Ayolah, jangan meremehkan teman baikmu ini."
Wajahku langsung memerah.
"Hei! Mukamu memerah lagi,tuh!"
"Hana..."
"Sudah kutebak. Lain kali kalau lagi memperhatikan seseorang,usahakan jangan sampai yg lain tahu."
"Ah."
"Jauh sebelum masuk sini, waktu kita pergi ke Live House di musim gugur tahun lalu, kamu jatuh cinta pada pandangan pertama,kan."
Aku diam,ternyata Hana sudah tahu semuanya.
"Sebetulnya aku menunggumu bercerita,tapi kamu hanya diam saja. Makanya sengaja kupancing supaya kamu mau cerita."
Hana...
"Kita kan sudah sekelas dengan Mark, masa kamu tetap tidak berani mendekatinya. Yg terjadi malah kamu gelisah memperhatikannya dari kejauhan."
Meskipun ucapan Hana mengagetkan, tapi aku bisa memakluminya. Entah sejak kapan dia biasa menebak isi hati ini. Yg pasti aku senang mendapatkan dukungan darinya.
Hana,maaf. Maaf karena aku tidak pernah cerita padamu. Terima kasih karena kamu telah membangkitkan semangatku.
Syukurlah aku punya teman seperti kamu.
***To Be Continue***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar