Rabu, 08 Agustus 2012

Picture In My Head / Part 6


 *** FLASHBACK *** 

Dengan enggan Mark pun ikutan pulang. Padahal sebenarnya Mark masih ingin berada di rumah sakit. 

Dalam perjalanan pulang Mark terus bertanya-tanya dalam hati. Siapa Vanno dan ada hubungan apa sama Glad??? 

“Besok aku harus tanya sama Brian dan Clariss, merek berdua pasti tahu tentang Vanno“,ucap Mark dalam hati. 

*** 

At Rotundra hospital. 
Ketika mommy dan daddy‘nya datang Glad sudah bangun. 

“Keadaan kamu gimana sayang?“ tanya Mandy sambil membelai kepala putri kecilnya itu. 
“Lemes, mom, kenapa Glad ada di rumah sakit,?“ tanya Glad dengan lemah. 
“Kamu pingsan, de. Temennya Brian yang nolongin kamu,“ ucap Leon pada adiknya. 
“Oh...“ jawab Glad singkat. 
“Ya sudah, sebaiknya kamu tidur saja lagi ya sayang. Biar cepat sehat,“ ucap Louis pada putri kecilnya. 
“Iya, dad,“ ucap Glad sambil berusaha memejamkan matanya. Dan berusaha untuk melupakan kejadian tadi siang. 

Keesokkan harinya, di kampus. 
Mark sudah janjian ketemu sama Clariss di kantin. Dan waktu sampai Clariss sudah tiba dan sedang mengobrol dengan keempat sahabatnya itu. 
“Maaf aku telat,“ ucap Mark sambil duduk di kursi kosong sebelah Shane. 
“So, apa yang mau kamu tanyain sama aku Mark?“ tanya Clariss. 
“Aku pengen tahu siapa Vanno dan ada hubungan apa Vanno dengan Glad,“tanya Mark. 
Mendengar pertanyaan Mark itu Clariss memandang Brian, dengan tatapan yang mengisyaratkan apa dia harus menceritakan tentang Vanno pada Mark?. Lalu Brian menganggukksn kepalanya, sebagai tanda ceritakan saja. 

Clariss pun menarik nafas dalam da setelah itu mulai bercerita tentang Vanno “Tapi sebelumnya aku mau tanya, apa ada yang tahu sama Revanno Adams?“ 
“Revanno Adams itu kan kalau nggak salah pembalap super bike yang meninggal tahun lalu,“ jawab Kian. 
“Iya, kamu bener, Ki. Dan Vanno itu adalah first love‘nya Glad. Glad dulunya itu gadis yang periang. Tapi pasca Vanno meninggal dunia dia berubah jadi gadis yang dingin dan cuek sama cowok. Karena Glad masih belum bisa menerima kenyataan kalau Vanno udah meninggal. Apalagi Vanno meninggal di pelukan Glad,“ cerita Clariss. 
“Berarti kemarin malem Glad mendatangi makamnya Vanno?“ tebak Nicky. 
“Iya, kamu bener, Nick,“ balas Clariss. 
“Makanya Mark, aku bilang sama kamu kalau Glad susahbuat di taklukin,“ sambung Brian. 
“Aku yakin kalau aku bisa. Aku harus bisa nyembuhin luka di hati Glad. Apapun cara itu,“ ujar Mark yakin. 
“Semangat ya Mark,“ Shane menyenangati. 

“By the way, gimana kalau kita tengok Glad di rumah sakit,“ seru Brian. 
Dan mereka semua menyetujui usulan Brian tersebut. 
Berangkatlah mereka menuju Rotundra hospital. Waktu sampai kebetulan ada Leon disana. 

Di ruangan Glad.... 
“Glad, kamu harus bilang makasih sama Mark, soalnya dia yang nolongin kamu,“ ucap Leon pada adiknya. 
“Thanks Mark,“ ucap Glad sambil memalingkan wajahnya dari Mark. 

Tiba-tiba Clariss berkata. 
“Kak Leon, udah lunh belum? Kita ke kantin yuk,“ ucap Clariss sambil menarik lengan Leon. 
“Eh, ikutan dong,“ sambung Nicky. 
“Mark nggap apa-apa kan kita tinggal sebentar?“ tanya Shane. 
Mark hanya mengangguk. 
Dan sekarang, tinggal dia cuma berdua dengan Glad. 
“Emmm, Glad. Kamu udah baikan, kan?“ tanya Mark ragu. 
“Keliatannya...“jawab Glad dingin. 
Denger jawaban Glad sempet bikin Mark ciut. 
“Aku mau tidur aja. Kalau kamu bete susul aja yang lain di kantin,“ ucap Glad sambil menarik selimut dan mulai menutup matanya. 

Ternyata Glad tetap memperlakukan Mark dingin. Mark hampir putus asa menghadapi Glad. Bahkan ketika Glad sudah sembuh dan kembali masuk kuliah. Glad tetap kokoh dengan sikap ice princess‘nya. 

“Glad... Mau sampai kapan kamu bersikap dingin sama Mark? Ayolah Glad, apa kamu nggak cape!“ ujar Clariss. 
“Clariss denger, ya. Jangan mentang-mentang sekarang kamu pacarnya Kak Leon kamu bisa seenaknya sama aku. I‘m go.“ Glad pun pergi meninggalkan Clariss sambil menggerutu. 
Bicara dalam hati “Ishhh, baru sehari jadi pacarnya Kak Leon Clariss udah kayak tante-tante aja deh.“ 

Di basecamp.... 
“Arrgghhhh, aku mesti gimana lagi buat ngeyakinin Glad,“ keluh Mark sambil berjalan mondar mandir. 
Rupanya Mark lagi galau tuh. 

Nicky, Shane, Kian dan Brian lagi memutar otak . Buat cari cara gimana biar Mark bisa meluluhkan hati sang ice princess. Tapi tiba-tiba.. 
“Aku tahu gimana caranya,“ ucap Mark. 

Kira-kira cara apa ya yang mau di pakai Mark buat meluluhkan hati Glad sang ice princess... 
Penasaran.. Penasaran..tunggu di part selanjutnya yha... 

Cheezy signing out now.. 

Picture In My Head / Part 5

*** FLASHBACK *** 

Malam itu Clariss mutusin buat menemui Glad di rumahnya. 
Tapi ternyata Glad nggak ada di rumahnya dan keluarganya juga nggak tahu tentang keberadaan Glad sekarang. 

*** 

“Glad nggak ada, Clariss,“ ucap Leon dengan wajah yang khawatir. 
“Kemana ya, Kak?“ tanya Clariss. 
Sambil mengangkat bahu “Entahlah, dari tadi Glad nggak bisa dhubungin. Mommy dan daddy sudah sangat khawatir. 
Clariss bisa melihat jelas kecemasan yang tersirat di wajah tampan Leon. Ya, karena Leon sangat menyayangi Glad. 
“Aku juga dari tadi sore nggak bisa ngehubungin dia. Kak, gimana kalau kita cari Glad sama-sama, Kak?“ saran Clariss. 
“Ide bagus, Clariss. Ayo kita pergi sekarang,“ tambah Leon. 
Lalu pergilah Leon dan Clariss untuk mecari Glad. 

Sementara itu... 
Ketika dalam perjalanan menuju ke basecamp Mark melihat Glad jalan sempoyongan ke luar dari area pemakaman. Wajahnya sangat pucat. 
Mark pun menghentikan mobilnya dan menghampiri Glad. 
“Glad, kamu nggak apa-apa, kan?“ tanya Mark dengan suara yang lembut namun jelas sekali terdengar khawatir. 
“A.. Aku.. Aku..“ Glad pingsan ke pelukan Mark sebelum menyelesaikan perkataannya. 
Jangan ditanya seberapa panik Mark saat melihat cewek yang disukainya itu jatuh pingsan. 
Mark pun langsung membawa Glad ke basecamp, karena jaraknya yang nggak begitu jauh dari pemakaman itu. Padahal sih yang sebenernya Mark nggak tahu dimana Glad tinggal. Grubraaakkkkk 

Nggak sampe 10 menit Mark pun sampai di basecamp. Untung saja keempat sahabatnya sudah datang semua. 
Mark yang menggendong Glad langsung berteriak memanggil keempat sahabatnya itu “ Guys, tolongin dong.“ 
Mendengar suara teriakkan Mark mereka berempat pun langsung menghampiri Mark. Yup,mereka kaget liat Mark membawa Glad yang nggak sadarkan diri. 
“Mark, Glad kenapa?“ tanya Brian. 
Sambil menidurkan Glad di sofa Mark berkata “Tanyany nanti aja. Cepet hubunging keluarganya, Bri. Aku takut Glad kenapa-napa.“ 
Tanpa banyak tanya lagi Brian pun langsung menelepon Leon yang kebetulan lagi ada di sekitar basecamp mereka. 
Setelah menutup telepon. 
“Bentar lagi Kak Leon datang. Kebetulan dia lagi ada disekitar sini,“ jelas Brian. 
“So, bisa ceritain gimana kamu bisa ketemu Glad?“ Nicky membuka suara. 
“Pas mau kesini aku liat Glad keluar dari pemakaman yang terletak nggak jauh dari sini,“ jawab Mark yang berusaha tenang, namun bisa diketahui bahwa dia sangat khawatir sekali. 
“Hah ! Pemakaman?“ ucap Shane dan Kian berbarengan. 

Belum sempat Mark menjawab tiba-tiba ada yang datang dan memencet bell. Ternyata Leon dan Clariss yang datang. 
“Sayang, kamu kenapa?“ ucap Leon sambil membelai kepala adik tercintanya ini. 
“Kak, mendingan Glad di bawa ke rumah sakit aja,“ Brian menyarankan. 
Tanpa ba-bi-bu-be-bo Leon langsung menggendong Glad ke dalam mobil dan ikuti oleh Brian dan teman-temannya. 

Rotundra Hospital. 
Leon dan Clariss sedang cemas menunggu dokter selesai memeriksa Glad. 
Lalu datanglah Brian dan teman-temannya itu. 
“Keadaan Glad gimana, Kak?“ tanya Brian. 
“Dokter masih didalem. Oh iya, Bri, makasih ya kamu udah nolongin Glad,“ ucao Leon. 
“Bukan aku, Kak. Tapi Mark yang nolongin Glad,“ ujar Brian sambil menarik Mark yang sedari tadi diem terus dibelakangnya. 
“Oh, oke. Thanks ya Mark,“ ucap Leon sambil menepuk pundak Mark. 
“Sama-sama, Kak,“ jawab Mark. 
“Ketemu Glad dimana?“ akhirnya Clariss membuka suaranya. 
“Pemakaman,“ jawab Shane, Kian dan Nicky kompak. 
Leon tentu saja kaget mendengarnya “Pemakaman?“. 
“Iya, Kak. Aku liat Glad keluar dari pemakaman,“ Mark menjelaskan. 
“Pasti Vanno, Kak. Ahh, ini salah aku. Coba aku nggak ungkit tentang Vanno,“ sesal Clariss sambil menunduk. 

Akhirnya dokterpun keluar. 
“Siapa keluarga dari pasien?“ tanya dokter. 
“Saya kakaknya dok. Gimana keadaan adik saya?“ cerocos Leon. 
“Tidak ada yang begitu parah dengan adik anda. Dia hanya mengalami depressi ringan yang membuat tubuhnya drop. Jadi untuk beberapa hari adik anda harus di rawat disini,“ jelas dokter. 
“Syukurlah, apa kita boleh melihatnya, dok?“ ucap Leon. 
“Tentu saja silakan. Kalau begitu saya permisi dulu,“ setelah berkata itu dokterpun pergi. 

Di ruangan Glad di rawat. 
Mereka hanya terdiam melihat Glad terbaring lemah dengan selang infus terpasang dilengannya. 
Leon pun memecah kesunyian itu. 
“Bri, ini udah malem. Kamu dan teman-temanmu lebih baik pulang dan beristirahat. Kamu juga Clariss ini udah larut. Biar kakak yang jaga Glad, sebentar lagi mommy dan daddy datang kok.“ 
“Ya udah deh Kak, kita pamit besok kita kesini lagi,“ jawab Brian. 
“Oh iya, Bri, bisa tolong antar Clariss pulangkan?“ pinta Leon. 
“Siap, Kak,“ jawab Brian. 
“Mark ayo kita pulang,“ ajak Shane. Kian yang melihat keengganan Mark untuk pergi dari situ akhirnya berkata “Besok kita kesini lagi, Glad baik-baik aja kok.“ 

Akhirnya Mark pun mau ikut pulang. Setelah pamit mereka berenampun pergi meninggalkan rumah sakit. 
sepanjang perjalanan pulang cuma satu pertanyaan yang terus berputar-putar di kepalanya. “Siapa Vanno? Ada hubungan apa Vanno dan Glad?“ 
“Besok aku harus tanya, Brian dan Clariss pasti tahu tentang Vanno“ 

Keadaan Glad gimana yha setelah ini?? 
Lalu apakah Brian dan Clariss akan memberitahu Mark tentang Vanno?? 
Dan apakah sikap Glad pada Mark akan melunak ???? 
Tunggu di part selanjutnya yha... 

Picture In My Head / Part 4

*** FLASHBACK *** 

“Denger ya Gladys Caroline Swan itu kuliah di fakultas political science, dia itu putri bungsunya Om Louis. Jadi aku sama Glad itu sepupuan,“ Brian menjelaskan. 
“Seriuasan, Bri! Kamu maukan bantuin aku biar deket sma Glad,“ pinta Mark pada Brian. 

*** 

“Bisa-bisa aja sih Mark,tapi...“ Brian tidak melanjutkan ucapannya. 
“Tapi apa, Bri ?“ tanya Mark. 
“Glad ini tipe cewek yang susah banget buat jatuh cinta. Selama ini dia selalu bersikap dingin dan cuek sama cowok,“ jelas Brian. 
“Secuek-cueknya pasti bisa luluh dong Bri,“ timpal Nicky. 
“Aku harap sih Mark bisa ngeluluhin hati Glad,“ tambah Brian. 
“Semangat Marky, soalnya Glad ini sepertinya beda sama cewek kebanyakan,“ timpal Kian. 
“I‘ll try, dan aku yakin bisa,“ Mark menyemangati dirinya sendiri. 
“Semangat Marky,“ Shane pun ikut menyemangati Mark. 
“Thanks ya temen-temen,“ jawab Mark. 

Sementara itu, Clariss berusaha buat menghubungi Glad. Tapi, teleponnya nggak diangkat-angkat juga. Clariss nyesel sudah mengungkit-ungkit tentang Vanno. 
“C‘mon Glad, answer my phone,“ ucap Clariss menyesal. 
“Maaf, Glad, sebagai sahabat baik kamu harusnya aku nggak mengungkit tentang Vanno lagi. Karena itu cuma membuka luka lama dihati kamu,“ucap Clariss pada dirinya sendiri. 
Clariss nggak tahu keberadaan sahabatnya itu sekarang ada dimana. 
Di telepon ke rumahnya juga Glad belum pulang. 

Glad pergi ke pemakaman, dan menuju ke makam tempat Vanno di makamkan. 
“Van, apa aku salah nggak bisa lupain kamu dari hati dan hidup aku? Mommy, daddy, kak Leon bahkan Clariss selalu memaksa aku buat cari pacar lagi. Aku nggak mau, Van. Aku nggak bisa buka hati aku buat cowok lain, nggak bisa,Van,“ Glad menangis didepan puasara Vanno. Dan entah sudah berapa lama Glad berada disana sambil menangis terisak. Karena hari sudah berganti malam. 

Malam itu Clariss mutusin buat mendatangi Glad di rumahnya. Tapi Glad belum pulang. Bahkan orang tua dan kakaknya lagi panik nyariin Glad. Karena Glad belum pulang dan nggak bisa di hubungin sama sekali. 

Berhasilkah Mark meluluhkan hati sang ice princess ini??? 
Apakah keluarga Glad dan Clariss berhasil menemukan keberadaan Glad...?????? 

Find the answer at part 5 ^.^

Picture In My Head /Part 3

*** FLASHBACK *** 

Tiba-tiba Clariss muncul sambil berlari dan berteriak memanggil namaku. 
“Gladys.. Tunggu Glad“ panggil Clariss. Namun aku langsung berlari dan pergi meninggalkan cowok yang mengaku bernama Mark itu. 

*** 

Mark pergi dari tempat itu berbarengan ketika Clariss sampai di tempatku dan Mark berdiri tadi. 

Mark pergi menghampiri teman-temannya yang berada tak jauh dari situ sambil senyum-senyum. 
“Kamu kenapa Mark ? Dateng sambil senyum-senyum nggak jelas gitu“ tanya Nicky. 
“Guys, aku lagi happy banget nih,“ jawab Mark dengan wajah senang. 
“Emang ada apaan sih Mark,“ Shane ikutan nanya. 
“Aku ketemu cewek yang cantik banget. Dan akhirnya aku tahu nama cewek itu,“ cerita Mark. 
“Emang siapa namanya ?“ Kian yang sedari tadi asyik memutar-mutar kunci senar gitar ikutan bertanya. 
“Namanya Gladys tapi aku nggak tahu dia anak fakultas mana,“ Mark menjawab pertanyaan Kian lesu. 
“Gladys.. Gladys.. Kayanya nama itu familiar buat aku. Mark apa cewek yang kamu maksud itu rambutnya panjang berwarna hitam legam, dan dia punya bola mata yang besar berwarna biru“ ujar Brian. 
“Iya bener,Bri, dia punya ciri-ciri yang kamu sebutin barusan. Dan matanya itu yang selalu bikin aku deg deg‘an. Karena selain indah, tatapannya itu dalem banget,“ ujar Mark bersemangat. 
“Kok kamu bisa tahu sih, Bri ?“ Shane bertanya. 
“Tahu dong, nama lengkap, fakultas, rumah sama nomer handphonenya aja aku tahu kok“ ucap Brian. 
“Wah, yang bener ? Curiga nih ?“ tuduh Kian. 
“Denger yha Gladys Caroline Swan itu kuliah di jurusan political science, dia itu putri bungsunya Oom Louis paman aku. Dengan kata lain aku sama Glad itu sepupuan,“ Brian menjelaskan. 
“Seriusan,Bri ! Wah, bisa dong kamu bantuin aku,“ pinta Mark. 

Hmmmm... Kira-kira Glad mau nggak ya ngomong lagi sama Clariss??? 
Dan apakah Brian mau bantuin Mark buat PDKT sama Gladys sepupunya itu..??? 

Tunggu di part selanjutnya yha ^.^

Picture In My Head / Part 2

*** FLASHBACK *** 

“Mau cerita apaan sih ?“ tanyaku, tapi Clariss malah senyum-senyum nggak jelas. 
“Clariss...“ tanyaku lagi. 
Dan Clariss tetap senyum-senyum nggak jelas. Aku pun kesal dan akhirnya mulai beranjak untuk pergi meninggalkan Clariss. 

*** 

“Glad, wait. Please don‘t go,“ ucap Clariss sambil menahan tanganku agar tidak pergi. 
“Ya sudah, cepat cerita. Jangan senyum-senyum nggak jelas gitu. Bete tahu nggak,“ gerutuku pada Clariss sambil manyun. 
“I‘m sorry, Glad,“ ucapnya meminta maaf. 
“It‘s ok, well what happen?“ 
“Glad, kamu tahu nggak kalau di kampus kita ada anak barunya,“ ucapnys terburu-buru. 
“So....?“ tanyaku sambil mengerutkan dahi. 
“Glad, ya ampun. Mereka berlima bener-bener handsome. Kamu pasti bakalan langsung fallin in love at first sight sama mereka,“ Clariss bercerita dengan mata yang berbinar-binar. 
“OMG, Clariss. Jadi kamu narik-narik aku kesini cuma buat denger hal ini,“ seruku dengan suara agak meninggi. 
“Why ? Aku pikir kamu harus ketemu mereka Glad.“ 
“No way, I‘m go...“ ketika aku hendak berdiri Clariss mengucapkan hal yang membuat luka lama dihatiku kembali perih. 
“Glad, jangan keras kepala. Mau sampai kapan kamu bersikap dingin dan cuek sama cowok ? Sampai kapan Glad ? Kamu tuh cantik, banyak banget cowok yang suka sama kamu Glad, tapi mereka enggan mendekat karena sikap kamu yang seperti ice princess. Inget Glad Vanno udah nggak ada. Dia udah meninggal dan nggak mungkin kembali,“ ucap Clariss. 
Mendengar kata-kata Clariss tubuhku serasa beku dan mati rasa. Kenapa Clariss menyebut nama Vanno lagi. Kenapa ?. 
“Cukup Clariss, kamu jahat,“ aku langsung pergi meninggalksn Clariss di kantin sambil menangis. 

Karena jalan tergesa-gesa dan sambil menangis. Lagi-lagi aku menabrak seseorang seperti tadi pagi. 
“Sorry,“ aku meminta maaf tanpa melihat wajah orang yang aku tabrak itu. 
“Ngga apa-apa kok. Hey kamu yang tadi pagi nabrak aku kan ?“ ucap cowok itu. 
Dan terpaksa aku menegakkan wajahku dengan mata yang sembab aku menatap cowok yang ku tabrak itu. 
“Ada apalagi ? Aku kan udah minta maaf,“seruku kesal. 
“Hey, kamu menangis ? Kamu kenapa ?“ tanya cowok itu lembut. 
“Bukan urusan kamu,“ bentakku sambil berlalu pergi. Tapi cowok itu malah mengikutiku. 
“Hey tunggu,“ panggilnya sambil mengejarku. Dan dia menghadang jalanku. 
“Nama kamu siapa ? Aku Mark Feehily,“ cowok itu berkata sambil mengulurkan tangannya padaku. 
“Kamu nggak perlu tahu siapa nama aku,“ ujarku sambil menepis tangannya. 
Tapi tiba-tiba Clariss muncul dan berteriak memanggil namaku. 
“Gladys. Tunggu Glad,“ Clarissa berlari ke arahku. Aku langsung pergi dari situ tanpa menghiraukan cowok yang bernama Mark itu. 

Penasaran bakalan ada kejadian apalagi. Tunggu lanjutannya yak.. 

Picture In My Head/Part 1

Namaku Gladys Caroline Swan. Keluarga dan teman-temanku selalu memanggil Glad, karena menurut mereka aku selalu dalam keadaan berbahagia. BIG WRONG. 
Aku tinggal di kota Dublin dan aku berkuliah di salah satu universitas terbaik di kota kelahiranku. Aku mengambil jurusan political science. Karena daddy dan kakak laki-laki ku tersayang berkecimpung di dunia.politik. Pagi itu aku terburu-buru turun dari mobil Kak Leon karena aku punya waktu 5 menit sebelum mata kuliah pertama di mulai. 
“Hati-hati Glad, nanti kamu jatuh“ Kak Leon memperingatkan, tapi aku terus berlari memasuki kampus ku. 
Dan.... Brughh. Aku menabrak seseorang hingga terjatuh. 
“Sorry, I‘m in hurry!“ ucapku tergesa-gesa. 
“Are you OK?“ ucap orang yang aku tabrak yang ternyata seorang cowok. 
“Ya, I‘m Ok. God, I‘m late. Bye“ aku langsung saja lari meninggalkan cowok itu. Pasti dia bengong melihat tingkah konyolku. But I don‘t care dari pada aku telat dan kena marah Mrs. Suzzy yang killer itu. 

Finally, kuliah pertama pun selesai. Rencananya aku mau pergi ke perpustakaan buat cari bahan tugas yang baru di kasih Mrs. Suzzy. Tapi ditengah jalan aku bertemu Clariss sahabat baikku dari kecil. Namanya sih Clarissa Ramona dePunniet tapi aku biasa manggil dia Clariss. Kalau lihat kami berdua kita bagaikan bumi dan langit. Kenapa? Karena Clariss itu senang bersolek dan modis, padahal tanpa make up pun Clariss sudah cantik. Sedangkan aku, hmmm.. Aku anti dengan yang namanya make up. Bisa dibilang aku ini cewek tomboy. Clariss punya banyak teman cowok sedangkan aku tidak. Karena aku lebih memilih bersikap cuek sama makhluk yang namanya cowok. 

Bukan berarti aku nggak pernah pacaran loh. Dulu waktu masih kelas 1 SMU aku pernah punya pacar. Namanya Revanno Adams,dia kakak kelasku. Kita pacaran udah 3 tahun. Sampai pada akhirnya malapetaka itu datang. Kak Vanno yang seorang pembalap motor harus meregang nyawa di tempat favoritnya. Iya, Kak Vanno meninggal di Dublin sirkuit tahun lalu. Dunia ku langsung gelap,hancur berkeping-keping. Aku sangat mencintai Kak Vanno dan nggak akan ada yang bisa gantiin tempat dia di hati aku. Melihat orang yang paling kita cintai meregang nyawa didepan mata kita bukan hal yang mudah. Rasa sakit itu masih terasa sampai saat ini. 
Terlebih lagi sehari sebelum balapan mulai aku dan Kak Vanno terlibat pertengkaran. “If I could turn back the time i would put you first in my life“, aku menyesali pertengkaran kami. Aku yakin Kak Vanno tidak bisa berkonsentrasi dan fokus karena terbebani oleh masalah kami berdua. 
Tapi semuanya sudah terlambat, Kak Vanno sudah tenang di sisi Tuhan. Aku nggak bisa terus-terusan menangisi kepergiannya. Sejak saat itulah aku menjaga jarak dengan makhluk yang namanya cowok. 

Kembali ke hari itu. 
Clariss mengjakku ke kantin karena dia ingin menceritakan sesuatu. 
Di kantin.... 
“Mau cerita apa sih?“ tanyaku penasaran. 
Tapi Clariss malah senyum-senyum nggak jelas. 
“Clariss.....“ panggilku, tapi Clariss tetap senyum-senyum gk jelas. 
Aku pun mulai kesal dan hendak pergi meninggalkan Clariss. 

Apa ya yg mau diceritain Clariss sampe bikin dia senyum-senyum gsk jelas. 
Jawabannya ada di part 2

BLUE ( CHAPTER 9 )

*** FLASHBACK **** 

“ Be Posi belakangan ini makin keren ! Pelangganku yang datang kesini kebanyakan fans kalian!” seru Shane sang pemilik bar dari balik konter. 

Setahun yang lalu grup band Be Positive masih merangkak, tapi sekarang namanya sudah mulai menggeliat di kelas amatiran. Semua itu berkat perpaduan vocal Mark yang diiringi dengan manis oleh permainan music Bri dan teman-temannya. Aku jadi bangga. 
“Ngomong-ngomong…” 
Brian meletakkan gelas beer. Sebagai pemimpin band sepertinya ada yang mau dikatakannya. 

**** 
“Belakangan ini fans Be Positive meningkat dan kemampuan main kita juga mengalami yang sama.” 
“Aku tahu itu. Sebenarnya kamu itu mau bicaara apa?” Tanya Nicky. 
Seperti biasa Bri langsung melotot dan berkata, “Diam! Dengar dengan baik!” 
“Oke, pemimpin.” 
“Menurutku sudah waktunya bagi kita untuk naik satu tingkat lagi.” 
“Satu tinngkat?” 
“Iya.” 
Bola mata Bri yang ada di dalam sun glass berbinar. 
“Dua bulan yang lalu perusahaan rekaman CSC mengadakan Indizu kontes.’ 
“Perusahaan rekaman CSC itu pengorbit penyanyi amatiran, kan?” 
“Iya. Piringan yang dijual CSC banyak di pakai di Live House. Karena itu aku ingin kita ikut kontes yang mulai tahun ini dengan berkumpul di studio Indizu band.” 
“Apa?” 
“Kalau menang, kita akan diorbitkan CSC hingga bisa membuat debut professional.” 
“Debut professional?” seru yang lain serempak. 
“Begitulah.” 
Bri menatap ke semua anggota, lalu tersenyum. 
“Hebat.” 
“Tantangan besar.” 
Mark, Kian, dan Nicky saling bertatapan dengan mata berbinar. Aku bisa ikut merasakan kebahagiaan mereka. 

“Langkah pertama, lewat seleksi lewat rekaman kaset. Perlombaannya akhir bulan Juni atau awal Juli dan kalau kita menang di sana….” 
“Debut professional!!” pekik Mark. 
Debut professional bagi mereka adalah impian. Karena itu mereka menamai grup band mereka dengan nama BE POSITIVE. Mereka percaya akan menjadi professional. Sekarang ada kesempatan besar di hadapan mata untuk mewujudkan impian itu. Impian sepertinya bukan hanya sekedar impian lagi. 
“Sebenarnya, diam-diam aku sudah mengirimkan rekaman kaset ke dewan juri dan sekarang pasti sedang dinilai.’ 
“Apa!?” 
Bri mengedipkan sebelah matanya. 
“Benar-benar pemimpin!” 
“Semoga tahun ini kita sukses!” 
Bri benar-benar berjiwa pemimpin. 
Setalah rebut-ribut mereda, Bri menatap wajah anggotanya satu persatu. 
“Mau ikut?” 
“Mau!!” jawab yang lain penuh semangat. 
Sinar mata mereka mengatakan bahawa tidak gentar menghadapi petualangan besar yang ada di depan mata. 

Keesokkan harinya, anggota band Be Posi langsung sibuk. Kapasitas latihan ditambah tiga kali dari biasanya. Mereka juga kerja sambilan untuk mencari uang tambahan. Sejak berpacaran dengan Mark, aku baru tahu kalau grup band itu ternyata memerlukan banyak biaya. Yang pasti biaya sewa studio untuk latihan dan sewa peralatan. Semua anggota Be Positive sibuk bekerja demi mendapatkan uang. 
Bri sebagai anak pengusaha konstruksi memilih kerja sambilan di proyek perbaikan jalan. 
Kian bekerja sambilan sebagai pegawai di tokodi Seven Eleven. 
Nicky sebagai guru privat dan Mark sebagai pelayan di MONKEY TREE BAR. Padahal Mark orang yang paling susah berinteraksi dengan orang lain, kan? Dan di MONKEY TREE BAR kebanyakan pengunjungnya fans Be Posi, pasti nanti kewalahan. 

“Mark, ada?” 
Sepulang sekolah dengan seplastik belanjaan, aku mampir ke kamar Mark. Pintunya tidak terkunci. Padahal sudah berkali-kali kuperingatkan untuk mengunci pintu dengan benar, tetap saja dia teledor. 
Kamar Markyang berukuran 18 meter itu berantakan. Di atas lantai berserakan lirik lagu. Dia sendiri sedang asyik membuat lagu dengan YAMAHA NEW DX 711. Anggota Be Posi lainnya juga membuat lagu, biasanya semua lagu dikumpulkan lalu akan dipilih yang bagus-bagus saja. 
“Berhasil!!”jerit Mark riang, seperti baru selesai mengerjakan PR liburan musim panas. 
“Mark.’ 
Dia segera berbalik dan terseenyum. 
“Bella.” 
“Tidak mungkin?” aku menarik napas dalam-dalam. “Kemarin dan hari ini kamu bolos sekolah, makanya aku khawatir dan kesini. Waktu aku dating pun kamu tidak tahu.” 

Karena sibuk latihan dan kerja sampingan Mark jadi sering bolos sekolah. 
“Maaf, aku sedang bikin lagu, sampai tidak sadar kamu dating. Tapi sekarang sudah selesai>” 
“Dari kemarin?” 
Aku mengernyitkan alis. 
“Mark, jangan-jangan…” 
Mark segera membuang muka begitu kupelototi. 
“Dari kemarinkamu tidak istirahat, kan?” 
“Em…” 
Dari wajahnya sudah tertebak. 
“Terus?” 
“Aku lupa,’ jawabnya sambil garuk-garuk kepala. 
“Dasar kamu!” 
Aku segera mengeluarkan barang yang kubeli dari supermarket dan kutaruh di atas meja dapur, lalu kupakai celemek milikku sendiri. 
“Sudah kuduga. Hari ini kerja jam berapa?” 
“Dari jam 7.” 
Sekarang sudah jam 5 lebih. 
“Kalau begitu akan ku masak yang mudah-mudah saja.” 
Dengan cepat aku segera memasak. Kuambil telur dari dalam kulkas lalu kucampur dengan sayuran, kemudian dari dalam plastic belanjaan kuambil roti dan daun selada lalu kupotong-potong. 
“Bella, sudak tidak ada waktu, nih.” 
“Tidak mau! Kamu dari kemarin tidak makan, kan? Makanlah sedikit!” 
Mark dengan bengong melihat aku sibuk didapur. 
Mark, jangan pandangi aku sepertti itu, kataku dalam hati sambil memasukan potongan daun selada ke mangkok. 
Dasar Mark, maniak music. Begitu sibuk membuat lagu langsung lupa segalanya. Kalau dia sampai lebih kurus dari ini gawat!. 
Tinggi Mark 175 cm dan berat 53 kilo. Aku tinggi 158 cm dan berat 45 kilo. Tinggi kami beda 20 cm. menyedihkan kan ?? 

**** TO BE CONTINUE….**** 
Yang masih penasaran tunggu kelanjutannya di chap selanjutnya yha….